top of page

The Genomics and Science Dojo Dissemination Event




Para peneliti kesehatan dan genomik, praktisi riset, akademisi dan beberapa pemangku kepentingan berdiskusi mengenai potensi yang dimiliki oleh generasi muda Indonesia dalam hal riset di bidang genomik dan kesehatan. Kolaborasi yang terjalin antar peneliti dari berbagai disiplin ilmu dapat mendukung kebijakan berbasis data dalam serangkaian acara diseminasi dengan tema “Unleashing Indonesia's Research Potential: A Lesson Learned from The Genomics and Science Dojo”


Acara ini dibuka oleh Atase Reformasi Regulasi dan Kesehatan, Zoe Dayan, dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, CEO Summit Institute for Development, Yuni Dwi Setiyawati, dan juga Sekretaris Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Yuli Budiningsih, SpFM(K). Acara diseminasi ini dihadiri oleh 100 periset dari berbagai kalangan umur, latar belakang penelitian dan keilmuan dan juga berbagai lembaga riset dan universitas baik itu di Jakarta, ataupun di luar kota turut hadir di acara ini. 



Sambutan oleh Dr. dr. Yuli Budiningsih, SpFM(K) (Sekretaris Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)


Dalam sambutannya, Dr. dr. Yuli Budiningsih, SpFM(K), berpesan agar peneliti muda mendapatkan inspirasi dan dapat melebarkan jejaring dengan peneliti senior yang hadir di acara ini. Sedangkan Yuni Dwi Setiyawati, MHID, mengemukakan keinginan untuk memfasilitasi terciptanya ekosistem yang dapat mendukung para peneliti, terutama peneliti muda, untuk mengembangkan kapasitas keahlian mereka dalam melakukan riset.



Pembukaan Acara Dissemination Event oleh Yuni Dwi Setiyawati, MHID (CEO Summit Institute for Development)


“Kami berharap The Genomics and Science Dojo dapat menjadi ruang aman bagi para peneliti untuk dapat bertukar pikiran dengan para peneliti lain, menguji ide riset mereka dengan mengkomunikasikannya ke rekan peneliti lain, belajar berargumen dan mempertahankan analisa mereka sesuai kearifan lokal, serta terinspirasi dan berkolaborasi dengan peneliti lintas keahlian yang lain,” jelas Yuni. “Kita ingin menciptakan ekosistem dan budaya tersebut di Indonesia.”



Sesi Diskusi dengan Para Ahli genomik 

Sesi ini terbagi menjadi dua dan dimoderatori oleh Intan Tanjung. Sesi pertama mendiskusikan mengenai situasi saat ini, tantangan, dan potensi dalam bidang genomik dan riset bioteknologi. Sedangkan pada sesi kedua didiskusikan mengenai strategi untuk meningkatkan standar riset melalui proses komunikasi yang efektif, publikasi, dan memperluas kolaborasi dengan berbagai platform, salah satunya dengan acara Dojo ini bisa menjadi jembatan untuk hal tersebut. 


Hadir sebagai narasumber di sesi pertama yaitu:


Prof. Dr.rer.physiol. dr. Septelia Inawati Wanandi sebagai Pembicara di Sesi Pertama


Prof. Dr.rer.physiol. dr. Septelia Inawati Wanandi yang merupakan perwakilan dari IMERI dan menjabat sebagai ketua dari Molecular Biology and Proteomics Core Facilities (MBPCF). Menjadi pembicara pertama di sesi pertama yang menyajikan presentasi yang menarik mengenai proses riset genomik dan kesehatan di Universitas Indonesia. Prof. Septelia membahas mengenai tujuan riset sebagai bentuk solusi untuk kehidupan dimasa yang akan datang, melalui  kontribusi apa yang bisa kita berikan.



Elisabeth Farah N. Coutrier, PhD (Head of EIJKMAN Institute for Molecular Biology) sebagai Pembicara di sesi dua


Para ahli tersebut memberikan paparan bahwa untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang presisi, tidak cukup hanya berlandaskan penelitian saja, namun juga analisa data yang tepat yang melibatkan keahlian dari berbagai bidang. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan kolaborasi antar institusi riset untuk dapat menyelesaikan persoalan kesehatan di masyarakat. 


Kemudian, Elisabeth Farah N. Coutrier, PhD (Head of EIJKMAN Institute for Molecular Biology) sebagai pembicara di sesi pertama memaparkan mengenai riset yang dilakukan oleh EIJKMAN Institute for Molecular Biology yang berkontribusi untuk kebijakan nasional. Dr. Elisabeth memaparkan tantangandalam  riset dan langkah berbeda yang perlu ditempuh untuk menghadapinya. Beliau juga mengusulkan penggunaan pusat data  yang terintegrasi, melibatkan ahli laboratorium, bioinformatika dan juga ilmu komputer, supaya dapat menghasilkan analisa data yang lebih presisi untuk dapat membantu pemerintah mengambil aksi untuk intervensi masalah kesehatan.




Zoe Dayan (sebelah kiri) dan Dr. Ririn Rahmadany (sebelah kanan)



Prof. Dr.rer.physiol. dr. Septelia Inawati Wanandi (sebelah kiri),   Prof. dr. Rina Agustina, M.Sc, Ph.D (sebelah kanan)


Selanjutnya diskusi dilanjutkan dengan dialog untuk menggali informasi mengenai riset dalam bidang genomic dan tantangan serta solusi untuk menghadapinya, dengan pembicara Zoe Dayan (Kedutaan Besar Inggris), kemudian Dr. Ririn Rahmadany dari Biomedical dan Genome Science Initiative (BGSi) Kemenkes RI, dan Prof. dr. Rina Agustina, M.Sc, Ph.D - (Chair of Human Nutrition Research Center, IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). 


Dukungan internasional juga diperlukan untuk dapat melakukan intervensi kesehatan dan memberikan pengobatan presisi dan tindakan preventif, terutama untuk kebijakan di tingkat nasional. Contohnya dalam pengambilan data untuk penderita penyakit TB yang sebelumnya sulit untuk terdeteksi sehingga tindakan preventif tidak bisa dilakukan sedini mungkin, kini dengan beberapa studi dan peningkatan teknologi analisis sequencing yang didukung juga oleh British Embassy. Analisis mengenai penderita TB dan tindakan preventif untuk orang-orang disekitarnya bisa dilakukan. Dr. Ririn menjelaskan bahwasannya hasil studi banding dalam case tersebut dapat dijadikan rekomendasi untuk Kementerian Kesehatan untuk mengambil kebijakan yang tepat. 


Kolaborasi internasional sangatlah penting untuk meningkatkan kapasitas sistem kesehatan, seperti melalui kerjasama dengan Pemerintah Inggris Raya dalam bidang riset kesehatan. Riset berkualitas tinggi diperlukan untuk mengumpulkan data kesehatan yang kemudian didistribusikan dan diakses. Data ini dianalisis dan hasil risetnya dimanfaatkan sebagai rekomendasi pengambilan kebijakan bagi Indonesia dan Inggris Raya. 


Profesor Rina juga menyampaikan mengenai adanya kegiatan Dojo ini sangat bermanfaat dan berperan penting bagi peneliti Indonesia. Umumnya dalam suatu forum internasional delegasi dari Indonesia cenderung tidak aktif, diam, dan tidak percaya diri. Berkaca dari kegiatan Dojo dimana ada pelatihan untuk berpikir kritis, berani tampil dan maju kedepan, mampu menyampaikan pendapat dan argumen yang berlandaskan data, serta membangun kepercayaan diri serta mengasah bahasa Inggris, membuat peserta pelatihan Dojo semakin berani tampil. Kegiatan semacam Dojo ini dapat diterapkan pada sistem pembelajaran di universitas, untuk melatih mahasiswa berani tampil dan aktif dalam setiap sesi diskusi.



(Dari kiri ke kanan) Professor Kevin Baird, BSc, MSc, PhD, FASTMH, dr. Ariel Pradipta, Ph.D, Yuni Dwi Setiyawati, MHID, Intan Tanjung 


Dalam sesi kedua dibahas kriteria apa saja yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan kualitas penelitian genomik dan kesehatan di Indonesia. Menurut para pembicara, riset genomik dan kesehatan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan, diimplementasikan dan partisipasi dalam mengubah kebijakan kesehatan masyarakat dalam skala global. 


dr. Ariel Pradipta, Ph.D, Dosen di Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan juga Chief of Science dari GSI Lab menjelaskan sikap penting yang harus dimiliki oleh peneliti. 


“Peneliti itu harus memiliki sifat "perspicacious"- yaitu kemampuan untuk beradaptasi, mengerti, menyesuaikan dan bahkan meningkatkan kualitas saat mendiskusikan suatu topik,” jelas dr. Ariel. “Tidak hanya itu, mereka juga diharapkan mampu menyerap dan mengkomunikasikan riset mereka dengan baik kepada berbagai pihak – tidak hanya tertulis saja, dan mempertahankan argumen ilmiah mereka.” 


Profesor Kevin Baird, BSc, MSc, PhD, FASTMH mengatakan bahwa kunci untuk dapat mengubah kebijakan kesehatan global sehingga berdampak ke berbagai negara termasuk Indonesia adalah lewat publikasi di jurnal berdampak Internasional dengan penelitian yang menjawab pertanyaan penting  yang dihadapi oleh banyak negara. 


Ditambah lagi, untuk mendukung kemajuan penelitian di Indonesia, beliau mengutarakan “Budaya dari sains itu sendiri adalah bentuk adu ide dan bukti, dan itulah sebagai bagian dari spirit dari The Genomics and Science Dojo itu sendiri, juga sikap rendah hati dan ketangguhan, selain didukung oleh tersedianya peralatan riset and training.”




Salah satu peserta pelatihan dan workshop The Genomics dan Science Dojo, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D., dari Universitas Yarsi menyampaikan bahwa  kegiatan The Genomics and Science Dojo ini sangat bermanfaat karena dapat meningkatkan critical thinking, problem solving, dan juga dapat meningkatkan dan mengasah kemampuan dalam debat atau beradu argumen dalam konteks science


Penutupan Acara…



Acara ditutup oleh Prof. Dr. H. Fasli Jalal, Ph.D, yang menyampaikan pentingnya kontribusi anak muda dalam riset, dan pentingnya pengembangan riset dalam bidang genomik. Menurut Prof. Dr. H. Fasli Jalal, Ph.D kegiatan seperti The Genomics and Science Dojo dapat membantu meningkatkan semangat dan kontribusi generasi muda dalam hal riset yang berdampak. Harapannya acara seperti The Genomics and Science Dojo ini bisa terus ditingkatkan sampai level internasional, dan tentunya Indonesia bisa menjadi representatif dalam hal itu. Di akhir kalimatnya Prof. Dr. H. Fasli Jalal, Ph.D menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam dunia riset genomik untuk kemajuan riset di Indonesia.

23 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page