Pulau Lombok sedang mengalami bencana gempa bumi sejak 2 minggu yang lalu. Gempa pertama terjadi pada tanggal 29 Juli 2018 dengan kekuatan 6,4 Skala Richter (SR). Pusat gempa berada pada 28 km barat laut dari Kabupaten Lombok Timur – NTB.
Seminggu setelah itu, yakni pada tanggal 5 Agustus 2018, Gempa susulan kembali menimpa Pulau Lombok dengan kekuatan 7 SR pada kedalaman 15 km. Gempa yang berpusat pada 18 km Barat Laut Lombok Timur – NTB ini menyebabkan kepanikan yang luar biasa karena Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa tersebut berpotensi tsunami hingga akhirnya pihak BMKG mencabut peringatan dini tsunami tersebut.
Berdasarkan data BMKG, hingga tanggal 11 Agustus 2018 pukul 07.00 WIB, telah terjadi setidaknya 521 gempa susulan dari gempa berkekuatan 7.0 SR (5 Agustus 2018) dan 21 diantaranya dirasakan oleh masyarakat, di mana gempa susulan terbesar tercatat sebesar 6,2 SR pada tanggal 9 Agustus 2018. Hal ini membuat Gubernur Nusa Tenggara Barat, TGH Zainul Majdi, menetapkan masa tanggap darurat penanganan dampak gempa bumi hingga 25 Agustus 2018.
Hingga tanggal 13 Agustus 2018, tercatat sebanyak 437 orang meninggal dunia, 13,688 korban luka-luka, dan pengungsi yang terdata
sebanyak 352.793 jiwa. Kabupaten Lombok Utara menempati urutan teratas dalam jumlah korban meninggal dan jumlah pengungsi, yaitu sebesar 374 orang dan 137.182 orang. Diperkirakan jumlah korban terus akan bertambah mengingat masih adanya korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh, dan adanya korban yang belum didata dan dilaporkan ke posko. Sedangkan untuk kerusakan fisik, sebanyak 52.812 unit rumah, 458 unit sekolah, 3 unit rumah sakit, 10 unit puskesmas, dan 197 unit mushola mengalami kerusakan dengan kerugian mencapai 5,04 trilyun rupiah.
Bantuan dari pemerintah maupun pihak lainnya masih terus disalurkan ke posko-posko pengungsian. Namun, terdapat beberapa titik posko yang belum mendapat bantuan atau masih sedikit/terbatas. Pemusatan bantuan diarahkan ke Kabupaten Lombok Utara. Hal ini dikarenakan Kabupaten tersebut adalah daerah yang terkena dampak paling parah.
Walaupun begitu, masih banyak posko di Kabupaten tersebut yang belum tersentuh bantuan sepenuhnya khususnya di Kecamatan Kayangan, Gangga, dan Pemenang yang aksesnya sulit untuk dijangkau dikarenakan akses jalan yang rusak.
Adapun kebutuhan yang bersifat mendesak bagi pengungsi hingga saat ini seperti tenda, selimut, makanan siap saji, beras, MCK portabel, air minum, air bersih, tempat penampungan air, pakaian, terpal/alas tidur, alat penerang/listrik, layanan kesehatan, dan fasilitas trauma healing masih terus dibutuhkan.
Untuk membantu pemerintah dan masyarakat yang terkena bencana, Summit Institute of Development akan melakukan dua kegiatan. Pertama, sebagai lembaga penelitian yang berfokus kepada kesehatan ibu dan bayi atau RMNCH (Reproductive, Maternal, Newborn, and Child Health), kami akan mendata setiap ibu dan bayi yang menjadi korban dan data tersebut akan dibagikan kepada pihak dinas kesehatan terkait agar penyaluran bantuan khususnya ibu dan bayi dapat tersalurkan dan bantuan yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan. Kedua, kami membentuk sebuah penggalangan donasi yang akan ditujukan kepada pengungsi korban gempa bumi. Dari penggalangan donasi ini, diharapkan dapat meringankan beban dari pengungsi.
Proyek THRIVE Indonesia membutuhkan pekerja keras seperti anda. Untuk lebih jelas silakan buka ( THRIVE Career ).
Suplemen mikronutrien ibu selama kehamilan dan lingkungan pengasuhan yang kuat menghasilkan perkembangan anak dan kemampuan kognitif yang lebih besar pada usia 9-12 tahun.
Press Relase: NewsRelease-MMN-2017Jan-EP
Pada 26 Februari 2018 telah ditanda tangani komitmen kerja antara Summit Institute of Development dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok tengah dan Kepala Puskesmas di daerah penelitian THRIVE serta disaksikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah diantaranya adalah :
Open Smart Register Platform atau dikenal sebagai OpenSRP adalah sistem informasi kesehatan elektronik terpadu yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Sistem digital ini bertujuan untuk menyediakan platform kesehatan terintegrasi yang meningkatkan efisiensi tenaga kerja garis depan, kualitas data, dan ketepatan waktu intervensi RMNCH (Reproductive, Maternal, Newborn and Child Health) untuk meningkatkan hasil kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
SID telah menjalankan program OpenSRP melalui proyek THRIVE sejak 2014. Program ini telah berhasil diimplementasikan di lima kabupaten di Indonesia dengan lebih dari 200 pengguna dan memberi manfaat kepada lebih dari 120.000 wanita hamil, bayi neonatal dan anak-anak berusia di bawah lima tahun.
Ketahui lebih banyak tentang Proyek THRIVE di sini: https://sid-indonesia.org/thrive-indonesia/
Malaria adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Hal ini terutama terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dimana infrastruktur kesehatan yang memadai tidak ada. Dengan meningkatnya tingkat penularan malaria, masih ada bagian yang tidak proporsional dari populasi yang terinfeksi malaria yang bahkan tidak pernah menerima perawatan medis. Manajemen malaria yang berhasil ditandai dengan diagnosis tahap awal yang cepat, tingkat akurasi yang tinggi, dan sistem pelaporan dan pengawasan yang kuat. Meningkatnya insiden dan beban malaria telah menciptakan kebutuhan yang cepat untuk teknik diagnostik yang lebih baik, kebutuhan untuk melacak pola penularan malaria yang lebih baik, dan meningkatkan epidemiologi atau pengawasan malaria lokal.
Pengukuran akurat dari Rapid Diagnostic Tests (RDTs) sangat penting untuk perawatan pasien dan pengendalian penyakit. Sayangnya, ada banyak tantangan dalam penggunaan RDT termasuk kesalahan dalam melakukan tes, kesalahan dalam pembacaan hasil, penggunaan tes dan reagen palsu atau kadaluarsa dan tidak tersedianya sistem informasi terpusat untuk melacak data pasien secara tepat waktu. Penelitian yang diusulkan bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan dan keakuratan RDT standar terbuka, yang merupakan versi modifikasi dari RDT malaria yang disetujui WHO. Versi ini telah tertanam informasi pada kaset untuk mengidentifikasi dan telah dioptimalkan untuk pengambilan gambar menggunakan smartphone dan digunakan di laboratorium di Indonesia untuk mengekstraksi DNA malaria guna melakukan pengetikan strain parasit untuk melacak sumber penularan malaria di suatu komunitas. Selain itu, aplikasi mobile yang disebut Open Reader RDT dengan kontrol proses pengurangan kesalahan pengguna dan interoperabilitas yang mulus. Sistem informasi garis depan juga akan dievaluasi untuk memfasilitasi analisis data real-time, statistik populasi, menyediakan dasar untuk visi komputer dan pembelajaran mesin untuk memungkinkan pembacaan tes diagnostik yang akurat oleh aplikasi seluler. Melalui penelitian yang diusulkan kami bertujuan untuk menentukan pengalaman pengguna dan manfaat bagi petugas kesehatan garis depan, keakuratan kaset standar terbuka, mitigasi kesalahan pengujian dan pengguna serta interoperabilitas dengan sistem kesehatan garis depan.
Bekerja sama dengan Ona, SID melakukan proyek RDT Malaria di Manokwari dimulai pada November 2019. Didukung oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Dinas Kesehatan Manokwari, studi ini melibatkan 15-20 petugas kesehatan yang akan memantau infeksi malaria dan penyakit lain yang terjadi di wilayah mereka di Manokwari, Papua Barat. Ada dua prosedur pengambilan sampel yang terpisah tergantung pada lokasi pengambilan sampel yaitu komunitas, pengaturan klinis dan pengawasan masyarakat. Baru-baru ini, kami telah melakukan uji kepada lebih dari 3000 orang.
Studi ini menghipotesiskan bahwa modifikasi RDT standar terbuka yang ditingkatkan mencakup modifikasi pada kaset yang meningkatkan pengambilan gambar dalam kondisi yang merugikan, penggabungan fitur perubahan warna yang mencegah kepatuhan uji yang tidak benar dan data yang disematkan yang memungkinkan identifikasi kaset yang berbeda. Harapannya adalah bahwa hasilnya akan memberikan bukti yang cukup bahwa kaset RDT standar yang ditingkatkan dan terbuka dapat meningkatkan penggunaan dengan mengurangi kesalahan tersebut. RDT yang disempurnakan ini dengan aplikasi terkait akan memberikan landasan untuk mengurangi penggunaan yang sengaja atau tidak sengaja atas pengujian palsu atau kadaluarsa, penggunaan pengencer uji yang tidak tepat, kepatuhan pengujian dan kesalahan membaca pengguna di masa mendatang. Selain itu, aplikasi ini akan memberikan interoperabilitas dengan sistem kesehatan garis depan, seperti OpenSRP, yang memungkinkan antarmuka tanpa batas untuk menghubungkan dan melacak data RDT yang terkait dengan pasien dan populasi individu. Penyediaan integrasi ini akan memungkinkan data yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengendalian penyakit. Kaset standar terbuka yang ditingkatkan akan memberikan seperangkat pedoman dan mendorong produsen RDT untuk menghasilkan RDT yang dapat ditangkap dan diintegrasikan ke platform ini.